MAKALAH
TUGAS DAN
KEWAJIBAN PESERTA DIDIK
SENTRAL FIGUR PESERTA DIDIK DAN TELADAN
Dosen Pembimbing : Mardhiya Agustina, S.Th.I,
M.Pd.I
Nama : Muhammad Saidi
Lokal :A/5
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : IV
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
RASYIDIYAH KHALIDIYAH (RAKHA)
AMUNTAI
2018
Pendahuluan
Islam
menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan dalam
hadis makalah saya bertujuan untuk menjadikan peserta didik dalam berkewajiban belajar
dan juga terdapat metode teladan dalam mengajar kan peserta didik. Dalam
mendidik kita harus mengambil contoh teladan dari seeorang yg mulia yaitu Rasulullah
SAW. Dari pada itu guru juga sental untuk di teladani ,maka dari itu guru
adalah figur sentral dalam mendidik.jadi dalam makalah saya membahas tentang pendidik
harus jadi contoh panutan yang baik dan juga keteladanan.
Sentra
Figur Peserta Didik dan Teteladanan
Hadis bukhari :6203
حدثنا مسدد :حدسنا عبد الوارث،إبىي التياح ،عَنْ
أَنَسٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ
النَّاسِ خُلُقًا، وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو عُمَيْرٍ - قَالَ:
أَحْسِبُهُ - فَطِيمًا، وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ: «يَا أَبَا عُمَيْرٍ، مَا
فَعَلَ النُّغَيْرُ» نُغَرٌ كَانَ يَلْعَبُ بِه،ِفربما حضر الصلاة وهوفي بيبنا،
فيافيإمر باالبساط الذي تحتذكسر وينصح ،ثم يقوموخلفه فيصلي
بنا
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada
kami Abdu Warits dari Abu At Tayyah dari Anas, dia berkata ; Nabi Sholallahu
‘alaihi wassallam adalah orang yang paling baik(mulia) akhlaknya. Dan aku
memiliki seorang saudara yang biasa dipanggil dengan sebutan Abu Umair . [dia
[perawi] berkata : perkiraanku , dia anak yang baru disapih. Beliau Shalallahu
‘alaihi wassallam datang, lalu memanggil : “Wahai Abu Umair, apa yang sedang
dilakukan oleh si Nughair. Sementara anak itu sedang bermain dengannya dan
ketika waktu shalat telah tiba, sedangkan beliau masih berada dirumah kami,
maka beliau meminta dihamparkan tikar dengan menyapu bawah nya dan memerciknya,
lalu kami berdiri di belakang beliau, dan beliau shalat mengimami kami ". (Shohih Bukhori, no.6203)
A.
Analisis hadis
Bahwa
orang yang paling baik adalah Rasulullah SAW jadi dari hadis di atas kita harus
menteladani sifat beliau. Allah
menjadikan keteladanan dalam diri Rasulullah saw bukan hanya sekedar untuk
dikagumi, namun juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam menanamkan pendidikan ke-Islaman, seperti pembinaan Akhlakul karimah
dan penanaman nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Manusia yang
paling sempurna dan paling baik budi pekertinya dan yang paling patut untuk
dijadikan suri tauladan adalah nabi Muhammad s.a.w. Beliaulah yang mengajarkan
kepada kita bagaimana bersikap kepada sesama dan kepada tetangga serta kepada
orang tua serta kepada makhluk Allah yang lainnya.
Dalam Hadist
tersebut menceritakan tentang Rasulullah
saw memberikan pengajaran kepada Abu Umair yang masih kecil dengan burung
peliharan nya yg bernama Nugair. Dia Umair yang masih kecil sedang bermain
dengan peliharaan nya , lihat lah burug itu kata Rasulullah saw, itudilakukan
RasulullahUntuk memberikan pengajaran bagaimana menjadi teladan dalam bergaul
bercanda dan bermian anak anak yg masih kecil atau baru di sapih.
Sentral figur
dari hadis itu ialah Rasulullah , Rasulullah menjadi panutan atau mencontohkan
Bagaimana kita memperlakukan anak kecil yg baru di sapih dan dari hadis
tersebut kita juga menteladi beliau bagaimana akhlak beliau yg paling mulia dan
ketika shalat telah tiba apa yg harus di kerjakan , maka dari itu panutan kita
ialah rasululah Saw .
Dalam hubungan
iman dengan keteladanan sangat erat kaitannya.Orang mukmin yang berakhlak mulia
adalah yang sempurna imannya. Begitu pula dengan orang yang bersuri tauladan
yang baik menggambarkan kesempurnaan imannya.
B.
Hubungan hadis dalam pendidikan
Tentu hubungan dengan pendidikan hubungan
hadis ini ialah menteladani rasulullah yg beraklak mulia .
Dalam pendidikan ada yang nama nya
metode keteladanan Ada
dua bentuk metode pendidikan keteladanan, yaitu yang disengaja atau dipolakan
sehingga sasaran dan perubahan perilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan
dan ditargetkan, dan ada bentuk yang tidak disengaja atau tidak dipolakan,
kedua bentuk ini ada yang berpengaruh secara langsung pada prilaku anak dan ada
pula yang memerlukan proses lebih jauh.
a. Bentuk pendidikan keteladanan yang tidak disengaja.
Dalam hal ini, pendidik harus mampu
tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik dalam
kehidupannya sehari-hari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak
bergantung pada kualitas kesungguhan karakteristik pendidik yang diteladani,
seperti kualitas keilmuannya, kepemimpinannya, keikhlasannya dan lain
sebagainnya. Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan
secara langsung tapa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapkan
menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa
ia bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang
lain sebagai pengagumnya. Semakin tinggi kualitas pendidik akan semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan pendidikannya.
b. Bentuk pendidikan keteladanan yang Disengaja.
Peneladanan kadangkala diupayakan
secara sengaja, yaitu seorang pendidik sengaja memberikan contoh yang baik
kepada para peserta didinya supaya dapat menirunya. Umpamanya, guru memberikan
contoh membaca yang baik agar para peserta didiknya menirukannya, imam membaikkan
sholatnya dalam mengajarkan sholat yang sempurna kepada ma’mumnya, atau
komandan maju ke depan barisan dalam jihad untuk menanamkan keberanian,
pengorbanan dan kegigihan dalam jiwa pasukannya.
Rasulullah saw banyak memberikan
pelajaran kepada para sahabatnya dengan membentuk metode ini. Sebagai contoh,
Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya:
صَلُّوْا
كَماَ رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّيْ
“sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat”
(HR. Bukhori).
Juga dalam masalah haji, Rasulullah
menyuruh para sahabatnya supaya mencotohnya. Beliau bersabda yang artinya
“hendaklah kalian mengambil cara-cara mengerjakan ibadah haji kalian
(mencontohnya dari rasul), karena aku tidak mengetahui barangkali aku tidak
bisa melaksanakan haji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim)
Dari contoh-contoh tersebut, para
pendidik dapat mengambil suatu pelajaran untuk dapat diaplikasikan dalam
menanamkan niat pendidikannya, baik disekolah sebagai guru, dirumah sebagai
orang tua, dan juga di masyarakat sebagai tokoh.[2]
Dengan
demikian juga, seorang pendidik harus dituntut untuk menjadi teladan dihadapan
anak didiknya. Karena sedikit banyak anak didik akan meniru apa yang dilakukan
pendidiknya (guru) sebagaimana pepatah jawa “guru adalah orang yang digugu
dan ditiru”. Sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak
didik merupakan tuntutan realistis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Pentingnya
figur teladan dalam sebuah proses pendidikan bagaikan kebutuhan kita yang
setiap saat harus terpenuhi agar dalam setiap langkah selalu dalam kebenaran
dengan meniru figur yang telah ada. Keteladanan ini juga merupakan salah satu
metode yang diterapkan oleh Alloh dengan menurunkan Rasul sebagai figur teladan
dalam suatu kaum. Dengan sistem dan kurikulum pendidikan yang sempurna seperti
apapun, tetap tidak dapat dipungkiri bahwa kurikulum tersebut masih tetap
memerlukan pola pendidikan yang dicontohkan seorang pendidik melalui perilaku
dengan berpegang pada landasan, metode dan tujuan kurikulum. Sehingga bisa
dikatakan setinggi apapun harapan dan cita-cita kita terhadap sebuah lembaga
pendidikan tapi tidak diimbangi dengan keteladanan dalam proses pendidikan maka
harapan itu hanya akan menjadi sebuah impian yang tak akan pernah terwujud.
C.
Aplikasi pendidik dalam keteladanan
Allah menjadikan keteladanan dalam diri
Rasulullah saw bukan hanya sekedar untuk dikagumi, namun juga harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menanamkan pendidikan ke-Islaman,
seperti pembinaan Akhlakul karimah dan penanaman nilai-nilai luhur
kepada peserta didik.[3]
Dalam kehidupan
keluarga, para orang tua dalam menanamkan pendidikan kepada anak-anak mereka
hendaknya selalu memberikan contoh yang baik, agar mulai sejak masa kanak-kanak
mereka menyerap dasar-dasar tabi’at prilaku yang Islami. Karena, walau
bagaimanapun pendidikan orang tua merupakan pendidikan orang tua merupakan
pendidikan pertama yang banyak mempengaruhi jiwa dan kepribadian anak-anak selanjutnya menuju masa
depan yang akan dilaluinya. Pendapat ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw
yang berbunyi:
ماَ مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْ لَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَواَهُ يُهَوِّداَنِهِ وَيُنَصِّراَنِهِ وَيُمَجَّساَنِهِ
‘’Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan
fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi”
(H.R muslim)
Di sekolah,
seorang guru sebagai pendidik agar selalu memberi contoh yang baik kepada
peserta didik, karena peserta didik sangat membutuhkan suri tauladan yang
dilihatnya secara langsung dari setiap guru yang mendidiknya, sehingga mereka
merasa bahwa apa yang siajarkan guru-gurunya bukan suatu hal yang mustahil yang
dapat direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari. Oleh karena itu, guru sebagai
pendidik hendaknya memiliki akhlak yang luhur yang diserapnya dalam al-Qur’an
dan sunnah, serta bersifat sabar dalam menerapkan dan mengamalkannya.contoh
lain Di sekolah, seorang guru sebagai
pendidik agar selalu membiasakan yang
baik kepada peserta didik, misalnya peserta didik sibiasakan untuk mengucapkan
salam pada waktu akan masuk kelas, bertutur kata yang sopan kepada teman yang
lebih tua, selalu menghormati guru dan mengucapkan salam apabila bertemu dan
lain-lain. Sehingga peserta didik mampu membiasakan perbuatan terpuji tersebut.
Dalam pendidikan Islam konsep
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan
kepribadian seorang muslim adalah ketauladanan yang di contohkan oleh
Rasulullah. Rasulullah mampu mengekspresikan kebenaran, kebajikan, kelurusan,
dan ketinggian pada akhlaknya. Dalam keadaan seperti sedih, gembira, dan
lain-lain yang bersifat fisik, beliau senantiasa menahan diri. Bila ada hal
yang menyenangkan beliau hanya tersenyum. Bila tertawa, beliau tidak
terbahak-bahak. Diceritakan dari Jabir bin Samurah: “beliau tidak
tertawa, kecuali tersenyum.” Jika menghadapi sesuatu yang menyedihkan,
beliau menyembunyikannya serta menahan amarah. Jika kesedihannya terus
bertambah beliau pun tidak mengubah tabiatnya, yang penuh kemuliaan dan
kebajikan.[4]
Pendidik adalah contoh nyata bagi
peserta didiknya. pendidik adalah panutan mereka. Kata-kata pendidik akan
didengarkan oleh peserta didik. Segala tindak tanduk anda akan diperhatikan oleh
peserta
Jangan memberikan contoh buruk
kepada peserta didik. Itu akan ditiru oleh mereka. Sebaliknya berikan contoh
teladan bagi mereka, seperti mencontohkan mengambil sampah dan membuang pada
tempatnya, jangan segan atau gengsi menyapa mereka terlebih dahulu, dan
sebagainya.Dengan begitu, mereka akan menjadikan anda sebagai panutan bagi
mereka..
Metode keteladanan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri, sebagaimana
lazimnya metode-metode lainnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang
praktisi pendidikan Islam Armai Arif dalam bukunya Pengantar Ilmu Dan
Metodologi Pendidikan Islam, secara sederhana berkaitan dengan
penerapannya dalam proses pendidikan kelebihan dan kekurangan metode
keteladanan dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan Metode Keteladanan
Sebagaimana
metode-metode lainnya, tentunya metode keteladanan mempunyai beberapa kelebihan
tersendiri dibandingkan metode lainnya. Diantara kelebihan dari metode
keteladanan yaitu sebagai berikut:
a. Metode
keteladanan akan memberikan kemudahan kepada pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap
hasil dari proses belajar mengajar yang dijalankannya.
b. Metode
keteladanan akan memudahkan peserta didik dalam mmempraktikkan dan
mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya selama proses pendidikan
berlangsung.
c. Bila
keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
d. Metode keteladanan dapat menciptakan
hubungan harmonis antara peserta didik dengan pendidik.
e. Dengan metode keteladanan
tujuan pendidikan yang ingin dicapai menjadi lebih terarah dan tercapai dengan
baik.
f. Dengan metode keteladanan
pendidik secara tidak langsung dapat mengimplementasikan ilmu yang
diajarkannya.
g. Metode keteladanan juga mendorong
pendidik untuk senantiasa berbuat baik karena menyadari dirinya akan dicontoh
oleh peserta didiknya.
Dari kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan
bahwa metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya
mewujudkan pendidikan Islam, dimana selain diajarkan secara teoritis peserta
didik juga bisa melihat secara langsung bagaimana praktik atau pengamalan dari
pendidiknya yang kemudian bisa dijadikan teladan atau contoh dalam berprilaku
dan mengamalkan atau mengaplikasikan materi pendidikan yang telah dia pelajari
selama proses belajar menganjar berlangsung.
2. Kekurangan Metode Keteladanan
Selain mempunyai kelebihan dan keunggulan dibandingkan
dengan metode lainnya, dalam penerapannya metode keteladanan juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani
dalam hal ini pendidik tidak baik, maka peserta didik cenderung mengikuti
hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
b. Jika dalam proses belajar menganjar hanya memberikan
teori tanpa diikuti dengan implementasi maka
tujuan pendidikan yang akan dicapai akan sulit terarahkan.
Dari serangkaian kelebihan dan juga kekurangan yang telah
dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa, metode keteladanan dalam pendidikan
merupakan metode yang mempunyai pengaruh dan terbukti bisa dikatakan efektif
dengan berbagai kelebihannya, meskipun juga tidak terlepas dari kekurangan,
dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial
anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak didik,
yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru atau
diteladani oleh peserta didiknya.
Jadi dari kelebihan dan
kekurangan diatas dapat terlihat betapa sentralnya peranan guru dalam hal ini
merupakan sosok kunci yang akan memberikan telardan kepada peserta didik, dan
juga sosok yang akan dijadikan model atu teladan oleh peserta didik, jadi dalam
hal ini sukses atau tidaknya Metode keteladalan dalam suatu pembelajran sangat
tergantung pada sosok guru yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan yang
baik adalah salah satu metode yang bisa diterapkan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan
yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga
dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan
Islam terutama pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.
KESIMPULAN
Dari makalah
saya buat dapat di simpulkan bahwa rasulullah adalah contoh teladan yang
baik.oleh kerena itu kita harus mencontoh apa yg di lakukan beliau dan bagi
pendidik ajari lah peserta didik dengan menteladani Rasulullah ,dan sebagai
pendidik jangan hanya menyuruh peserta didik tapi jua sebagi pendidik harus
mengamalkan nya.
Dalam
penjelasan mkalah ini ada cara metodo metode cara mengajar keteladan baik itu
di sengaja atau tidak di sengaja dan ada aplikasi mengajarkan peserta didik
dengan cara guru harus terlebih dahulu mengamalkan nya agar para peserta didik
melihat langsung contoh teladan yang harus di lakukan.
Adapun metode
teladan ini memeliki kekurangan dan kelebihan nya Jadi dari kelebihan dan kekurangan diatas dapat terlihat betapa sentralnya
peranan guru dalam hal ini merupakan sosok kunci yang akan memberikan telardan
kepada peserta didik, dan juga sosok yang akan dijadikan model atu teladan oleh
peserta didik, jadi dalam hal ini sukses atau tidaknya Metode keteladalan dalam
suatu pembelajran sangat tergantung pada sosok guru yang diteladani.
DAFTAR PUSTAKA
Syahidin,
2009. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.
Sukarno,
2012. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Elkaf.
Umar, Bukhori, 2012. Hadits Tarbawi: Pendidikan dalam perspektif Hadits. Jakarta:
Amzah.
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhari, 2004. Shahih Bukhari. Beriut : Dar
El-Marefah
Ahmad Umar Hasyim, 2004, Menjadi Muslim Kaffah:
Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Jogjakarta: Mitra
Pustaka,2004),
[1]
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhari, Shahih Al-Bukhari (Beriut : Dar
El-Marefah 2004), hlm.1535
[4] Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim Kaffah: Berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, (Jogjakarta: Mitra Pustaka,2004), hlm 29.
No comments:
Post a Comment